Sabtu, 20 Maret 2010

Hakikat Cinta


Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)


Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling
berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.

Bundel by UGLY --- Jan '02

Selanjutnya..

Selasa, 16 Maret 2010

ORANG KAYA DAN ORANG MISKIN BERTEMU DI SURGA


Alkisah, di suatu negeri pernah hidup seorang kaya
raya, yang rajin beribadah dan beramal. Meski kaya
raya, ia tak sombong atau membanggakan kekayaannya.
Kekayaannya digunakan untuk membangun rumah ibadat,
menyantuni anak yatim, membantu saudara, kerabat dan
tetangga-tetangganya yang miskin dan kekurangan, serta
berbagai amal sosial lainnya. Di musim paceklik, ia
membagikan bahan pangan dari kebunnya yang
berhektar-hektar kepada banyak orang yang kesusahan.
Salah satu yang sering dibantu adalah seorang
tetangganya yang miskin.

Dikisahkan, sesudah meninggal, berkat banyaknya amal,
si orang kaya ini pun masuk surga. Secara tak terduga,
di surga yang sama, ia bertemu dengan mantan
tetangganya yang miskin dulu. Ia pun menyapa.

"Apa kabar, sobat! Sungguh tak terduga, bisa bertemu
kamu di sini," ujar si kaya.
"Mengapa tidak? Bukankah Tuhan memberikan surga pada
siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa memandang kaya
dan miskin?" jawab si miskin.

"Jangan salah paham, sobat. Tentu saja aku paham,
Tuhan Maha Pengasih kepada semua umat-Nya tanpa
memandang kaya-miskin. Cuma aku ingin tahu, amalan
apakah yang telah kau lakukan sehingga mendapat
karunia surga ini?"
"Oh, sederhana saja. Aku mendapat pahala atas amalan
membangun rumah ibadat, menyantuni anak yatim,
membantu saudara, kerabat dan tetangga yang miskin dan
kekurangan, serta berbagai amal sosial lainnya...."

"Bagaimana itu mungkin?" ujar si kaya, heran.
"Bukankah waktu di dunia dulu kamu sangat miskin.
Bahkan seingatku, untuk nafkah hidup sehari-hari saja
kamu harus berutang kanan-kiri?"

"Ucapanmu memang benar," jawab si miskin. "Cuma waktu
di dunia dulu, aku sering berdoa: Oh, Tuhan!
Seandainya aku diberi kekayaan materi seperti
tetanggaku yang kaya itu, aku berniat membangun rumah
ibadat, menyantuni anak yatim, membantu saudara,
kerabat dan tetangga yang miskin dan banyak amal
lainnya. Tapi apapun yang kau berikan untukku, aku
akan ikhlas dan sabar menerimanya."

"Rupanya, meski selama hidup di dunia aku tak pernah
berhasil mewujudkannya, ternyata semua niat baikku
yang tulus itu dicatat oleh Tuhan. Dan aku diberi
pahala, seolah-olah aku telah melakukannya. Berkat
semua niat baik itulah, aku diberi ganjaran surga ini
dan bisa bertemu kamu di sini," lanjut si miskin.

Maka perbanyaklah niat baik dalam hati Anda. Bahkan
jika Anda tidak punya kekuatan atau kekuasaan untuk
mewujudkan niat baik itu dalam kehidupan sekarang,
tidak ada niat baik yang tersia-sia di mata Tuhan…..

Selanjutnya..

Senin, 15 Maret 2010

Pelajaran Berharga Dari Gadis Kecil

Seorang gadis kecil pulang dari sekolah. Setibanya di rumah, ibunya melihat anak putrinya dirundung kesedihan. Maka ia pun bertanya kepada putrinya itu tentang sebab kesedihannya.

Anak: “Aduhai ibuku, sesungguhnya ibu guru telah mengancam akan mengusirku dari sekolah karena pakaian panjang yang kupakai.”

Ibu: “Tetapi itu adalah pakaian yang dikehendaki oleh Allah, wahai putriku.”
Anak: “Benar, wahai ibu, akan tetapi ibu guru tidak menghendakinya.”

Ibu: “Baiklah, wahai putriku, guru itu tidak menghendaki, tetapi Allah meng­hendakinya. Lalu siapakah yang akan kamu taati? Apakah kamu akan mentaati Allah yang telah menciptakanmu dan membentukmu, serta yang telah mengaruniakan kenikmatan kepadamu? Ataukah kamu akan mentaati seorang makhluk yang tidak mampu memberikan manfaat dan madharat kepada dirinya?”
Anak: “Sesungguhnya saya akan taat kepada Allah.”
Ibu: “Bagus, wahai putriku, kamu tepat sekali.”




Pada hari berikutnya, gadis kecil itu pergi dengan mengenakan baju yang panjang. Tatkala ibu guru melihatnya, ia langsung mencela dan memarahinya dengan keras. Gadis kecil itu tidak mampu memikul amarah tersebut, ditambah lagi oleh pandangan teman-teman perempuannya yang mengarah kepadanya.

Tidak ada yang ia lakukan selain berteriak menangis. Kemudian, gadis kecil itu mengeluarkan kata-kata yang besar maknanya meski sedikit jumlahnya, “Demi Allah, saya tidak tahu siapa yang akan saya taati, anda ataukah Dia?”
Ibu guru itu pun bertanya, “Siapakah Dia itu?”
Anak itu menjawab, “Allah. Apakah saya harus taat kepada anda, sehingga saya mesti memakai pakaian seperti yang engkau kehendaki, tetapi saya berbuat maksiat kepada-Nya. Ataukah saya mentaati-Nya dan tidak mentaati engkau? Ah, biarlah saya akan mentaati-Nya saja, dan apa yang terjadi terjadilah.”

Aduhai, betapa agungnya kalimat yang keluar dari mulut si kecil itu. Sebuah kalimat yang menampakkan wald (ketaatan) yang mutlak kepada Allah M. Gadis kecil itu bertekad untuk berpegang kuat dan taat ke­pada perintah Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa
Akan tetapi….apakah bu guru itu hanya berdiam saja darinya?
Ibu guru itu meminta dipanggilkan ibu si anak kecil tersebut. Apa yang ia inginkan darinya?

Maka datanglah si ibu itu…
Ibu guru berkata kepada ibu anak kecil itu, “Sesungguhnya putri anda telah menasihatiku dengan nasihat paling besar yang pernah aku dengar di sepanjang hidupku.”
Benar, ibu guru telah mengambil pelajaran dan nasihat dari murid kecilnya. Ibu guru yang mengajarkan pendidikan dan telah mengambil bagian yang besar dari ilmu.
Seorang guru yang ilmunya tidak dapat menghalanginya untuk mengambil nasihat dari seorang gadis kecil yang mungkin seusia dengan putrinya.
Salam penghormatan, semoga terlimpahkan kepada guru ini. Salam peng­hormatan juga untuk gadis kecil yang telah memberikan pendidikan Islamiyah dan telah berpegang kepadanya.
Salam penghormatan untuk sang ibu yang telah menanamkan dalam diri putrinya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Seorang ibu yang yang telah mengajarkan kepada putrinya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.


Wahai ibu-ibu muslimah, di depan anda lah anak-anak anda. Mereka seperti adonan tepung. Anda bisa membentuknya sebagai-mana yang anda kehendaki, maka bersegera-lah untuk membentuk mereka dengan bentuk yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ajarkanlah shalat kepada mereka

Ajari mereka ketaatan kepada Allah
Ajari mereka untuk bisa tetap tegar dan kokoh di atas kebenaran

Ajarkanlah semua itu kepada mereka, sebelum mereka menginjak usia baligh.

Karena jika pada saat mereka masih kecil tidak mendapatkan pendidikan yang baik, maka sesungguhnya anda sekalian akan menyesal dengan penyesalan yang besar, karena mereka akan menjadi anak-anak yang menyimpang pada saat mereka telah dewasa.
Gadis kecil ini tidak hidup pada zaman Sahabat dan juga Tabi’in. Sesungguhnya ia hidup pada zaman modern sekarang ini.

Ini menunjukkan bahwa, kita bisa menciptakan generasi-generasi semisal gadis kecil tersebut dengan izin Allah. Seorang gadis kecil yang bertakwa lagi berani untuk menampakkan kebenaran serta tidak takut akan cemoohan dan ejekan orang-orang, demi membela agama Allah.
Wahai saudariku yang beriman, inilah putrimu. Ia berada di hadapanmu. Berilah ia minum dengan air takwa dan keshalihan.
Perbaikilah lingkungannya dengan cara menjauhkannya dari air yang kotor serta bakteri yang membahayakan.

Hari-hari telah berada di hadapan anda— Perhatikanlah apa yang akan anda perbuat terhadap amanah yang telah dititipkan kepada anda oleh Allah Tuhan Pemilik langit dan bumi.

Selanjutnya..