Minggu, 14 Februari 2010

Akar yang Kokoh


Siang itu Habib dan Hanif tampak tengah berjalan pulang ke kampung mereka.setelah mereka ber silaturrahmi di rumah kawan lama yang jauh dari kampung mereka. Mereka berjalan menelusuri sebuah hutan yang sepi. sementara itu, suara-suara binatanghutan ramai terdengar. Namun, kedua lelaki muda itu tetap berjalan tanpa rasa takut.
"Alhamdulillah, kita sudah sampai di hutan ini. Insya Allah esok hari kita tiba di kampung kita." ujar Hanif sambil tersenyum puas.

"Ya, tetapi mengapa engkau sangat ingin pulang ke rumah padahal usman tadi masih ingin kita menginap di rumahnya?"
"Bukan begitu Habib. Insya Allah, lusa saudarku akan datang."
"Saudaramu yang mana?"
"Itu lho Pamanku yang tinggal di sumatra
"Oh, Pamanmu yang tinggal di Sumatra. pantas saja kau sangat ingin pulang." ujar Habib sambil tersenyum
"Apa maksudmu Habib?" tanya Hanif heran dengan nada suara Habib yang menggodanya
"Tidak ada maksud apa-apa. aku hanya ingat dengan perkataan Ibumu."
"Memangnya apa yang dikatakan Ibuku,Habib?"
"Katanya kau akan dijodohkan dengan putri seorang saudagar dari Sumatra."
"Ah akhirnya kau tahu juga. padahal aku sudah bilang sama ibuku agar merahasiakan hal ini padamu," keluh Hanif
"Memang kenapa, Hanif?"
"Ya itu tadi aku khawatur kau akan menggodaku"
"Lho tapi kamu suka kan di goda? wajahmu saja bersemu merah ko'," goda Habib lagi.
"Sudahlah Habib, aku aku tak kiat menahan tawa," ujar Hanif smbil tersenyum lepas

ketika kedua sahabat itu asyik bercanda, tiba-tiba mereka melihat seekor anak gajah yang kakinya terkena perangkap pemburu. segera saja Habib menghampiti anak gajah itu, kemudian ia dan Hanif berusaha membebaskan anak gajah itu dari pernagkap.

Setelahkaki anak gajah itu berhasil dibebaskan dari perangkap, Habib segera membersihkan lukanya dengan air perbekalannya. sementara itu Hanif tampak segera mencari dedaunan untuk obat luka. kemudian Hanif menghaluskan ramuan dedaunan itu. lalu Habib mengambil ramuan itu dan menorehkannya ke luka kaki anak gajah itu dengan potongan kain sarungnya.

Tiba-tiba saja kedua pemuda itu dikejutkan oleh suara gajah betina yang berteriak keras.
kemudian mereka melihat ada dua gajah besar sedang berlari kearah mereka. tampaknya kedua gajah itu marah melihat anaknya luka. namun di saat menegangkan itu, si anak gajah yang berjalan tertatih-tatih melindungi Habib dan Hanif

"Alhamdulillah, hampir saja," ujar Hanif sambil menghembuskan nafas.
"Anak gajah ini tampaknya sedang berbicara dengan ke Hewan tuanya Dan lihat kedua gajah besar itu sekarang sudah tenang," tutur Habib sambil tersenyum.
Memamg benar. kedua gajah besar itu tmpaknya sudah tahu bahwa kedua orang yang berada di hadapannya adalah penolong anak mereka. karena itu, mereka berkalan mendekat dan menjulurkan belalainya. tentu saja Hanif terkejut lalu berlindung di balik tubuh habib, tetapi Habib seakan sudah tahu maksud kedua gajah itu. lalu ia pun menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan gajah itu'

"Hai Habib, dari mana kau tahu kedua gajah itu ingin bersalaman?"
"Dari perasaanku. sekarang giliranmua bersalaman."
"Aku,tida ah
"Sudahlah Hanif, tidak baik menampik uluran persahanatan."

Akhirnya, Hanif bersalaman dengan kedua gajah itu meski rasa takutnya masih ada. usai berslaman, kedua gajah itu bersimpuh di hadapan Habib dan Hanif sementara belalainya bergerak-gerak seakan menyuruh kedua penolong anaknya itu naik ke punggungnya. maka, Habib pun segera naik ke punggung gajah jantan, sedangkan Hanif naik ke punggung gajah betina. lalu keduanya pun melanjutkan perjalanan dengan menunggangi gajah.

"Hanin, masih ada satu hal yamh mengganjal di jatiku mengenai pembicaraan kita di rumah Usman," ujar hanif sambil memegang erat kepala gajah tunggangannya.
"Apa itu HAnif?"
"Kau kan thu Habib. sekarang ini Negara Amerika masih punya pengaruh besar di beberapa Negar, termasuk di Indonesia ini jadi sasaran dakwah kita sebenarnya cukup besar dan berat. Apa lagi kelompok leberalis, Pluralis, Sekuleris, dll tentu tidak tinggal diam melihat dakwah kita."
"Maksudmu, kamu masih ragu dengan kemampuan kita berdakwah?"
"Tentu saja."
" Hanif, apakah kau mampu mendorong pohon beringin itu hingga tumbang?" tanya Habib sambil menunjuk sebuah pohon beringin yang besar dan rindang.
"Tentu saja aku tidak mampu."
"Kenapa kau tidak mampu?"
"Karena tenagaku kecil."
"Apakah kedua gajah ini mampu melakukannya?"
"Hm, saya rasa mungkin bisa."
"Kenapa?"
"Karena kedua gajah ini memilika tenaga yang besr."
"Menurutmu, pohon beringin itu bisa tegak dan kokoh berdiri karena tubuhnya yang besar atau karena akarnya?"
"Tunggu sebentar, Habib. kalau pohon itu tidak punya akar, tentu orang lemah seperti aku pun bisa mendorongnya hingga tumbang, tetapi, kalu poho itu memiliki akar, tentu aku akan kesulitan untuk mencabutnya dari tanah karena kuatnta akar memegang tanah. jadi, pohon beringin itu bisa regak dan kokoh karena akarnya yang kuat." ujar Hanif puas.
"Kalau begitu, kamu tidak perlu ragu lagi bukan? mari kita lanjutkan perjalanan!"
"Eit tunggu dulu. Apa maksudmu Habib?"
"Maksudku, akar yang kuat bisa menguatkan sebuah pohon dan akar yang rapuh biisa merapuhkan sebuah pohon."
"Akar.....akar. Oh, begitu maksudmu. Iman yang kuat bisa menguatkan seoarang dalam menghadapi berbagai masalah. namun Iman yang rapuh justru bisa merapuhkan seseorang dalam menghadapi berbagai masalah. jadi, itu maksudmu Habib?"
tanya Hanif lalu menoleh ke arah Habib.
Akan tetapi, ternyata Habib sudah memacu gajah tungganganyan hingga meninggalkan Hanif. tentu saja Hanif terkejit lalu berteriak memanggil Habib. kemudian Hanif pun memacu gajah tunggangannya mengejar Habib yang sudah ada di depan bersama anak gajah yang juga menyertainya...... Berzambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar