Rabu, 17 Februari 2010

Pangkas Rambut



Pagi itu kicau burung masih ramai di Kampung Kali Angkrik, penduduk kampong mulai melakukan aktivitas mereka di kebun atau di tempat lainnya. Sementara itu, di kediaman Habib, tampak Habib sedang memijat kaki ibunya, sudah lama ia tidak melakukan hal itu karena kesibukkannya. Namun, untungnya sang ibu memaklumi keadaan Habib dah bahkan sang ibu mendukung aktivitas dakwah Habib yang sedang berpergian.

"Assalamu'alaikum,"
"Wa'aliakumussalam Warrahmatullahi wabarakatuh," ujar Habib lalu menghentikan memijat kaki ibinya.Sang ibu pun segera bangkit dan pergi menyiapkan hidangan bagi para tamunya.

"Maaf Habib kami mengganggu," ujar Hanif yang di dampingi oleh Husen dan Qo'id.
"Tidak apa-apa. Silakan duduk!"
"Bagai mana istirahatmu, Habib? Sudah hilang letihmu?" Tanya Hanif setelah mereka duduk di beranda.
"Alhamdulillah. Ada perlu apa nih?"
"Ini Habib, si Hanif mau mengundangmu dan emak ke walimahhannya lusa," ujar Husen.
"Alhamdulillah. Jadi calon mertuamu mau memahami kepergianmu beberapa hari yang lalu?"
"Iya, Habib. Ternyata dugaanku selama ini salah. Ia orang yang baik."
"Alhamdulillah."
Habib………," seru Qo'id.
"Tunggu dulu, Qoid. Jangan menanyakan kapan aku akan menikah ya!"
"Iyalah Habib. Kami maklum kok. Saya hanya mau bertanya kepadamu."
"Bertanya apa? Silahkan!"
"Apakah kejahatan dapat ditumpas habis dari muka bumi ini?"
"Rasanya kejahatan sulit untuk ditumpas habus."
"Mengapa?"
"Iman manusia itu kadang kuat dan kadang lemah. Jadi, peluang untuk berbuat jahat sekaku ada. Jika orang yang beriman saja masih berpeluang khilaf apalagi dengan mereka yang tidak beriman," jawab Habib
"Kalau kita menyadari kenyataan bahwa sangat sulit memberantas kejahatn, mengapa kita tidak menghentikan upaya memberantans kejahatn? Toh kita tidak akan mungkin menumpas habis kejahatan, bukan?"
"Qo'id, apakah kamu suja memangkas rambut?"
"Ya, aku suka memangkas rambut,"
"Seberapa sering kamu memengkasnya?"
"Cukup sering, terutama kalu rambutku sudah lebat.."
"Apakah dengan memangkas rambut, maka rambutmu tidak akan tumbuh lagi?"
"Tentu saja rambutku akan tetap tumbuh Habib,"
"Kalau rambutmu akan tetap tumbuh meskipun sering kau pangkas, mengapa kau tidak membiarkan saja rambutmu tumbuh lebat?"
"Tidak bisa begitu, Habib . kalau rambutku tidak pernah kupangkas, bisa jadi aku akan kerpotan berjalan karena begitu panjangnya rambutku. Karena itu aku harus memangkas rambutku biar rapi dan tidak menyusahkanku, ujar Qo'id
"begitu juga dengan kejahatn,"
"Apa maksudmu Habib?"
"Maksud Habib, kita terusmenerus memangkas rambut meskipun kita tahu bahwa rambut kita akan selalu tumbuh kembali. Pasalnya, tujuan memankas rambut adalah untuk merapikan penampilan, bukan menghentikan pertumbuhan rambut. Adapun dalam memberantas kejahatn, kita juga seperti memangkas rambut. Kita akan terus-menerus memberantas kejahat meskipun kita tahu bahwa kejahatn akan selalu ada di muka bumi. Pasalnya, tujuan memberantas kejahatan adalah untuk menciptakan keadaan yang lebih baik, bukan untuk menghentikannya di muka bumi karena itu adalah kekuasaan Allah," jelas Hanif yang tmpaknya makin menguasai pemahaman terhadap hikmah ayah kauniyah.
"Subhanallah, ternyata kau makin pandai saja Hanif," puji Qo'id
"Maklum calon pengantin baru," goda Husen.
Mereka berempat pun tersenyum mendengar godaan Husen. Tidak lama kemudian keluarlah ibu si Habib, ia membawakan kue-kue dan minuman untuk ketiga sahabat putranya itu. Maka, keempat sahabat itu pun melanjutkan percakapan sambil memakan hidangan yang disediakan. Sementra ibu si Habib kembali masuk ke dalam rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar