Sabtu, 06 Februari 2010

Pancuran Bambu


Siang itu terasa sangat terik. Habib,Hanif, dan syaikh Abdullah sudah berjalan cukup jau.Keringat mereka mengucur deras sehingga membasahi pakaian yang mereka kenakan. Rasa lelah pun telah menimpa mereka, Ditambah lagi rasa lapar yang sulit diajak kompromi lagi,

Maka, merekapun memutuskan untuk beristirahat sambil makan di sebuah kedai.
"Tuan Syaihk mau makan apa?" tanya Habib.
"Oh, aku bingung, aku makan seperti yang kalian makan saja."
" Bu, tolong beri kami tiga piring nasi dengan lauk Kurmut!" ujar Habib.
"Habib, uang kita pas-passan untuk bekal pulang pergi. Kalau sekarang kita pesan tiga piring, nanti kalau pulang kita bisa-bisa makan sepiring berdua (aduh.... romantis banget) atau malah berpuasa," bisik Hanif kepada Habib
"Tidak apalah, sekarang kita ada tamu."
Tidak lama kemudian, seorang pelayan membawa tiga piring nasi dengan lauk kurmut, bersambalkan terong goreng ke hadapan Habib dan kedua temannya,setelah berdo'a merekapun mulai makan.
Akan tetapi, baru tia suap Habib makan, dia melihat seorang musafir dengan anaknya yang masih kecil duduk di seberang jalan di bawah pohon. Sang anak kelihatan sedang menangis sambil memegangi perutnya. Habib merasa kasihan meliaht anak kecil itu. Tiba-tiba dia bangkit berjalan menghampiri mereka sambil membawa makanannya.
"Assalamu'alaikum wa rahmatullah."
"Wa'alaikumussalam."
"Maaf paman, saya membawakan makanan ini untuk paman dan anak paman," ujar Habib sambil menyodorkan sepiring nasi dengan lauk ikan yang tidak jadi dimakanny.
"Tidak usah repot-repot, Nak. kami memang musafir, tapi kami tidak mau merepotkan
kamu, ujar bapak itu sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa, Pak. Tolong jangan menolak pemberian saya ini."
"Hm, baiklah. Terima kasih banayak,Nak."
Habib kembali ke kedai. sementara itu musafir dan anaknya tampak tengah makan dengan lahap.Namun sang bapak tampaknya makan lebih sedikit dari anaknya yang masih kecil itu. Ada bersit kepuasan di wajah kedua musafir itu.mereka tidak meyangka ketika perut mereka merasa lapar, tiba-tiba saja Allah mengirim orang yang baik hati untuk memberi mereka makan.
Akan tetapi, Habib juga terkejut ketika kembali ke kedai itu. Pasalnya, di mejanya ada sepiring nasi dengan lauk ikan, sedangkan Hanif dan syaikh Abdullah masih asyik makan.
"Nasi siapa ini Hanif?" tanya Habib heran.
"Nasimu Habib makanlah!"
"Tapi nasiku kan...."
"Syaikh Abdullah yang membelikannya untukmu."
"Benarkah?" tanya Habib terkejut.
"Benar, makanlah!"
Alhamdulillah, terimakasih Tuan Syaikh."
"Sama-sama."
Habib kemudian makan dengan lahap. rasa lapar yang di rasakannya sedikit demi sedikit hilang seiring dengan butiran-butiran nasi yang masuk kedalam perutnya.Apalagi, Tambah sambel terong
+ kurmut hangat yang menemani nasi putih itu
Sungguh kenikmatan yang tiada tara bagi mereka yang sudah sangat lapar.
Setelah selesai makan. mereka singgah ke surau untuk Shalat Ashar. Di surau itu ada pancuran bambu tempat orang biasa mengambil air wudhu. ketika sedang akan mengambil wudhu Syaikh Abdullah menayakan sesuatu pada Habib.
"Habib, mengapa kau bantu orang lain yang tidak meminta bantuan kepadamu seperti bantuanmu kepad musafir tadi?"
"Ya Tuan Syaikh, apakah manusia manusia itu makhluk yang lebih mulia dibanding makhluk Allah yang laen"?
"Ya. Tentu saja."
"Menurut Tuan, apakah pancuran bambu ini lebih mulia dibandingkan manusia?"
"Tentu saja tidak."
"Kalau begitu,sudah seharusnya aku membantu orang yang membutuhkan pertolongan meskipun mereka tidak meminta bantuan. Aku tidak mau kalah dengan pancuran bambu ini."
"Lho, ap hubungannya dengan pancuran bambu?" tanya Syaikh Abdullah heran.
" Tuan Syaikh. Di surau ini ada air yang tergenang di dalam kolam dan ada air yang mengalir di pancuran bambu

Air yang tergenang di dalam kolam hanya dapat memberi manfaat keada mereka yang menyodorkan tangan kedalamnya.
Sedangkan air yang mengalir di pancuran bambu tetap dapat memberikan manfaat meski kita tidak menyodorkan tangan untuk mengambilnya
Selain itu manfaat air yang mengalir di pancuran bambu lebih banyak di banding dengan air yang bergenag di kolam. karena air di pancuran bambu juga bisa di nikmati oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan," jelas Habib

1 komentar:

  1. mudah mudahan pada kisah ini akan terealisasi pada diri habib yang sebenarnya dan di dunia nyata.

    BalasHapus